"Terutama diskriminasi itu terjadi pada sejumlah koruptor yang sudah sangat lama lari dari Indonesia dan terkesan `dibiarkan`, termasuk tersangka pelaku suap pemilihan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia, Nunun Nurbaeti," katanya di Jakarta, Rabu.
Karenanya, demikian Bambang Soesatyo, sukses `menangkap` Nazaruddin itu tidak memberi nilai tambah signifikan terhadap citra penegakkan hukum.
"Bagaimana pun, keberhasilan itu masih menyimpan misteri dan tanda tanya besar di masyarakat," tuturnya.
Pasalnya, menurutnya, dalam dua hari terakhir ini, Bambang Soesatyo mengaku sudah dihujani pertanyaan dari berbagai kalangan tentang kesan `sigap` aparat kita memburu Nazar.
"Kalau koordinasi Polri dengan Interpol bisa begitu efektif menyergap Nazaruddin (mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat), menagapa Polri-Interpol terkesan begitu sulit menangkap seorang ibu bernama Nunun Nurbaeti," katanya mengutip pertanyaan berbagai kalangan.
Juga, lanjutnya, mengapa Polri-Interpol sepertinya sepertinya kehabisan `amunisi` untuk mengejar para buronan korupsi lain (dan telah berusia lanjut) yang diketahui hanya bersembunyi di negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
"Dimunculkan kesimpulan, bahwa untuk pekerjaan memburu Nazaruddin, para penegak hukum menunjukkan kesungguhan dan bekerja `all out`. Sedangkan untuk meburu Nunun serta para buron lain, tidak ada kesungguhan," katanya.
Pembedaan Perlakuan
Bambang Soesatyo menambahkan, publik pun masih ingat, sudah berapa kali Presiden membuat pernyataan tentang kasus Nazaruddin, yang memberi persepsi bermacam-macam.
Karena itu, menurutnya, Polri dan KPK harus segera memberi penjelasan kepada masyarakat perihal pembedan perlakuan ini.
"Masyarakat ingin tahu, apa saja kesulitan Polri dan KPK dalam memburu para buronan korupsi lainnya," tandasnya.
Sebagaimana diberitakan, Nunun Nurbaeti, telah berulang kali dinyatakan pernah terdeteksi di beberapa negara tetangga kita.
Sehingga, menurutnya, masih lebih mudah memburunya, ketimbang Nazaruddin yang ternyata `ditemukan` di benua lain.
"Semoga saja dagelan semacam ini tidak semakin memperburuk citra penegakkan hukum kita," pungkas Bambang Soesatyo.